Meskipun gagal untuk melanjutkan studi ke Al-Azhar selepas Aliyah dulu karena faktor eknomi, kali ini saya ingin berbagi resensi sebuah buku yang berbicara tentang seluk beluk Al-Azhar, sebagai berikut:
Judul:
Al-Azhar: Menara Ilmu, Reformasi, dan Kiblat Keulamaan
Peresensi:Ecep
Heryadi
Penulis:
Zuhairi Misrawi
Penerbit:
KOMPAS
Tahun: I,
Agustus 2010
Mungkin tak asing lagi dengan nama Universitas
Al-Azhar, Kairo, Mesir, khususnya bagi mereka yang berasal dari kalangan
pesantren. Universitas yang sudah berumur ratusan tahun dan merupakan tempat
menuntut ilmu paling berpengaruh di dunia.
Universitas yang telah banyak melahirkan
cendekiawan-cendekiawan Muslim berpengaruh, baik di lingkungan Mesir, Timur
Tengah sebagai episentrum dunia keislaman, maupun Indonesia yang, meminjam
istilah yang dipakai Guru Besar Sejarah UIN Jakarta Prof Dr Azyumardi Azra,
merupakan lokus “peri-peri” (pinggiran) Islam.
Sejarah mencatat nama “Al-Azhar” berasal dari sebuah
masjid bernama Al-Azhar yang dibangun Panglima Besar Dinasti Fathimiyah, Jauhar
As-Shaqaly, 359 H sebagai tempat ibadah, enam tahun kemudian mulai dibangun
tempat kegiatan belajar dan majelis ilmu pengetahuan bermazhab Syi’ah
Ismailiyah. 12 tahun kemudian, tepatnya 378 H/988 M, Al-Azhar telah berkembang
menjadi universitas besar dan berpengaruh.
Letak Mesir yang strategis di tengah dunia Islam
menjadikan Al-Azhar sebagai tujuan menimba ilmu agama dari para masyaikh-nya.
Begitu prestise-nya kedudukan Al-Azhar merupakan manifestasi dari peran yang
dijalankannya dalam menjaga kemurnian ilmu-ilmu agama, peradaban Islam, dan
bahasa Arab sebagai bahasa Al Quran dan Sunnah Rasulullah SAW, seperti yang
disebutkan Muhammad Kamal Al-Sayid Muhammad dalam bukunya Al-Azhar Jami’an wa
Jami’atan Aw Al- Azhar fi Alfi ‘Am.
2 komentar:
betapa senangnya bisa menimba ilmu di sana. banyak jalur untuk bisa ke sana, coba cari info beasiswanya ....
Benar banget Mas...:-)
Posting Komentar