Oleh: Edi Kurniawan
Di tengah terik matahari yang
menyengat dan gurun pasir tandus gersang, hingga mengalirkan keringat yang
menganak sungai di sekujur tubuh. Dalam keadaan lapar berpuasa, kerongkongan
kering menahan rasa haus dan perut menahan lapar. Serta dalam keadaan tanpa
adanya persiapan untuk berperang, kumandang untuk berjihad telah ditabuhkan.
Allah swt. memerintahkan kaum muslimin kala itu untuk berangkat ke medan juang
pada suatu tempat yang dinamakan Badar.
Maka berangkatlah Rasulullah saw. beserta
para sahabatnya yang dipemimpin sendiri oleh Rasulullah saw. Dengan jumlah
pasukan yang hanya 313 orang serta perlengkapan perang yang ala kadarnya berupa
3 ekor kuda, 9 baju besi, 8 buah pedang, dan 70 ekor unta, yang membuat
sebagian mereka bergantian mengendarai seekor unta.
Sementara pasukan lawan berjumlah
1000 orang yang lengkap dengan perlengkapan perang berupa 700 ekor unta, 100
ekor kuda, persenjataan lengkap serta persediaan makanan mewah yang cukup untuk
beberapa hari.
Kondisi semacam ini dalam hitungan
logika dan matematis, sungguh suatu hal yang tidak memungkin kemenangan berada
pada pihak kaum muslimin.
Namun atas izin Allah, kemenanganpun
berada pada pihak kaum musimin. Allah turunkan 3000 para malaikat yang
bersorban putih dan hijau untuk membantu kaum muslimin, hingga pada akhirnya
musuh pun kotar katir ketakutan. Ada yang lari tunggang-langgang. Ada yang
terbunuh. Dan ada pula yang menyerah dan menjadi tawanan kaum muslimin.
Dalam literatur Shirah Nabawiyyah
atau Sejarah Nabi, perang ini dinamakan dengan Perang Badar yang jatuh pada
tanggal 7 Ramadhan atau dua tahun setelah Hijrah.
*****
Meskipun dalam keadaan berpuasa,
kobaran semangat mereka amatlah membara. Tidak ada alasan karena puasa mereka
meninggalkan kewajiban jihad. Bahkan bukan hanya sebatas perang badar saja
kobaran jihad kaum muslimin membara. Sejarah juga telah membuktikan, penaklukan
kota konstantinopel oleh Shalahuddin Al-Ayyubi juga terjadi pada bulan puasa
dan proklamasi kemerdekaan bangsa ini juga terjadi pada bulan puasa.
Hari ini, hati ini terasa teriris
pilu melihat tingkah laku sebagian kaum muslimin. Karena alasan lapar dan haus
di siang hari, kondisi ini dijadikan justifikasi untuk tidak berpuasa. Krisis
keimanan. Korupsi merajalela. Penegakan hukum yang pandang bulu serta hukum
yang bisa diperjual belikan.
Belajar dari kobaran semangat yang
dilandasi dengan kekuatan iman dan ketakwaan yang telah dicontohkan Nabi saw.
dan para sahabatnya pada perang badar tersebut, sungguh perang ini telah
memberikan ibrah penting kepada kita bahwa lapar dan dahaga di siang
hari pada bulan yang mulia ini tidaklah menjadi penghalang untuk berjuang yang
dilandasi dengan keimanan dan ketakwaan untuk meraih kemenangan.
Jika jihad yang dilakukan Rasulullah
saw. dan para sahabatnyan adalah dalam makna yang sesungguhnya, yaitu perang di
jalan Allah. Tentu makna jihad ini tidak terbatas pada ranah tersebut. Dalam
arti luas, ini dapat dimaknai nahwa perang terhadap korupsi, penegakan hukum
tanpa pandang bulu, menjalan tugas yang diamanahkan dengan sebaik-baiknya bagi
abdi Negara, juga bisa dikatakan jihad.
Namun jihad yang terlebih besar lagi
adalah jihad melawan hawa nafsu. Ini yang dikatakan oleh Rasulullah saw. kepada
para sahabatnya: ‘kita baru saja pulang dari perang kecil menuju perang besar’.
Lalu ada sahabat yang bertanya: ‘adakah jihad yang lebih besar dari perang ini
ya Rasullah?. Maka Rasulullah saw. menjawab bahwa perang yang terbesar adalah
perang melawan hawa nafsu.
Mari kita simak, berbagai persoalan
dan beragam ‘hiruk pikuk’ yang terjadi pada bangsa ini berawal dari
elemen-elemen yang ada di dalamnya menjadi hamba atas nafsunya.
Sudah sepatutnya bangsa ini beribrah
pada hikayat tersebut bahwa jika bangsa ini ingin menjadi bangsa, meminjam
istilah al-Qur’an disebut ‘baldatun thayyibun wa rabbun ghafur’ atau bangsa
yang damai, sejahtera serta penuh dengan keampunan maka maka kita sebagai
elemen bangsa harus menjadikan ramadhan ini sebagai madrasah untuk meraih
ketakwaan.
Bukankah Rasulullah saw. dan para
sahabatnya dapat mengalahkan musuh yang begitu besar dan kuat dalam perang
badar tersebut karena mereka tidak menjadi hamba atas nafsunya dan menjadikan
keimanan dan ketakwaan sebagai dasar pergerakan? Wallahua’lam!
4 komentar:
memang kita harus banyak belajar makna ramadhan & puasa ya :)
jihad terbesar adalah melawan hawa nafsu,,
melawan diri sendiri. inspiring!
tulisan yang mengingatkan... bagus bro tulisannya... :-)
makna sebuah kehidupan terkandung pada artikel tersebut tantangan kreatif blogger Simak Tantangan Kreatif Blogger Berhadiah Mingguan & Grandprize Android
Posting Komentar