Setiap maqam ada mahallah dan jam terbangnya
masing-masing.
LCCT - Kuala Lumpur International Airport |
Aku dilahirkan di sebuah kampung, Muara Siau namanya.
Cuma lebih kurang 60 KM dari Kota Bangko. Dalam jarak seperti itu seharusnya ½
jam bisa di lalui, namun karena kondisi jalan yang berlobang-lobong, itu bisa
memakan waktu 1 - 2 jam.
Aku ingin bercerita, bukan cerita kampungku, tapi
cerita diriku sendiri. Dulu ketika aku masih SD, kesempatan yang jarang aku lewatkan
setiap bulannya adalah ikut al-marhum bapakku ke kota mengambil gaji. Sebagai
anak kecil, alangkah bahagia dan senangnya diriku ikut melihat suasanan Kota,
melihat gedung-gedung bertingkat, mobil dan motor yang banyak. Itulah maqamku
kala itu dan jam terbangnya juga sebatas itu.
Ketika Kota sudah sering aku kunjungi, maka yang
muncul dalam benakku adalah membayang dan mengharapkan bagaimana bisa
berkunjung ke pusat Kota Provinsi. Akhirnya kesempatan itu juga belum tercapai
juga ketika aku hijrah dari kampung setelah tamat SLTP dan melanjutkan ke MAKN
Jambi.
Awalnya, aku ingin menlanjutkan ke SMU atau STM, entah
bagaimana ceritanya, barangkali karena petunjuk Allah jua, aku malah “kesasar”
ke MAKN. Menimba ilmu disini tidak ada beda dengan di pesantren, karena
pelajarannya, apa yang diajarkan di pesantren itulah yang diajarkan, cuma yang
berbeda caranya atau metodenya saja.
“Wahhhh….”, gumamku.
Betap indah dan senangnya hati suasana kota. Apalagi
sebagai anak kampung seperti diriku, karena ini adalah pengalaman pertamaku
menjejakkan kaki ke Kota Jambi sebagai Ibu Kota Provinsi.
Tiga tahun lamanya di MAKN, Alhamdulillah akhirnya aku
lulus juga dengan hasil yang cukup memuaskan. Ketika aku duduk di kelas 2 Aliyah,
aku telah mengazam diriku untuk menimba ilmu di dataran Afrika bagian utara,
tepatnya Al-Azhar University, Mesir. Namun Tuhan belum mengabulkan azzamku kala
itu, akhirnya aku masih tetap di Kota Jambi dengan menimba ilmu di bidang syari’ah
IAIN Jambi.
Ketika menjadi mahasiswa, timbul pula harapan dan keinginan
untuk mengilingi Indonesia dengan pesawat udara. Maklum…. Sebagai orang kampung
sama sekali waktu itu ingin sekali untuk mencoba dan menjawab penasaran diri. Alhamdulillah
harapan ini tercapai jua ketika aku duduk di semester tujuh dalam momen
menghadiri pertemuan mahasiswa se-Nasional. Kebetulan waktu menjadi mahasiswa
aku menyibukkan diri dalam kegiatan organisasi, dan pada waktu itu aku menjadi
ketua umum sebuah orgnasasi kampus. Alhmadulillah hajat akhirnya tercapai jua,
namun aku tidak berhenti sampai disitu saja, ketika di akhir kuliahku aku
mengazamkan diri bahwa suatu saat aku akan berkeliling dunia dan menimba ilmu
ke luar negeri. Dua tahun lamanya aku menjadi serjana, berikhtiyar mencari
peluang bagaimana bisa aku melanjutkan studi s 2. Ketika masih mahasiswa aku
telah menelis beberapa kampus sebagai tempat studi s 2 ku, mulai dari kampus
luar dan dalam negeri, namun beberapa kampus yang diidamkan itu sirna jua
dengan sirnanya waktu. Harapan terakhir atau sekurang-kurang mungkin untuk s 2
di IAIN Jambi, tempat studi s1 ku, dan harapan ini juga sirna karena disebabkan
ketiadaan biaya. Pernah dua kali aku mendiskusikan dengan keluarga untuk
masalah pendanaan, namun keadaan memang tidak memungkinkan. Jangankan untuk
membiayai studi s2, studi s1 saja semenjak ditinggal perga alm bapakku ketika
semester 2 aku lebih banyak berjuang sendiri.
Namun Alhamdulillah kesempatan itu akhirnya datang
jua. Melalui perantara Dr. Hermanto Harun yang menghubungkan kerjasama antara
IAIN Jambi dengan CASIS-UTM, alhamdullah akhirnya aku diutus oleh kampusku
untuk belajar ke tempat aku belajar sekarang. Permasalahan juga timbul. CASIS
hanya membantu biaya kuliah saja, sementara untuk biaya sehari-hari tidak ada. Demi
allah, waktu itu aku tidak mempunyai uang, bagaimana aku bisa berangkat? Namun setelah
meminta saran dan pendapat dari beberapa yang berpengalaman, jalan keluarpun
didapatkan. Proposal… ya… proposal pribadi… aku menemui beberapa pejabat, Anggota
Dewan dan tokoh masyarakat, alhamdullah sebagian dari mereka ada juga yang
membantu, sesuai dengan kemampuan dan keikhlasan mereka masing-masing. Tentua ada
juga yang menolak secara halus. Hasilnya terkumpul sejumlah uang, yang dalam
hitunganku hampir mencapai 8 juta. Alhamdulillah…
Akhirnya dengan beberapa teman aku berangkat juga ke
Malaysia. Teringat waktu itu aku berangkat dari Jambi – Palembang – Kuala Lumpur.
Semanjak itu maka maqamku berubah menjadi salah satu bagian dari mahasiswa Internasional.
Beberapa kampus luar negeri yang dilis ketika s1 tidak tercapai, namun Allah
mengganti dengan kampus ini. Awalnya harapan terbesar untuk dapat menaik
pesawat, namun sekarang itu sesuatu yang biasa-biasa saja. Begitulah, setiap
umur ada mahallah alias jam terbangnya, jam terbang ini tergantung dengan kita,
bagaimana kesabaran, ketekunan dan kesungguhan dalam menjalani. Sebagian orang kampungku
menganggap prestasiku sesuatu yang luar biasa, namun bagiku itu hanya
biasa-biasa saja. Yang luar biasa bagiku sekarang adalah kekaguman dengan
guru-guruku sekarang yang mepunyai ilmu yang mendalam dan keikhlasan serta
sudah menjadi level internasional. Keberhasilan mereka juga karena ketekunan
dan kesabaran dalam menjalani proses demi proses. Aku belajar secara langsung
maupun tidak langsung dari mereka. Secara langsung, pengajaran, didikan dan
bimbingan mereka baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Secara tidak
langsung, aku mengamati dan memikirkan ketekunan mereka dalam menjalani proses
demi proses.
Jika aku sabar dan tekun, insyaallah suatu saat aku
juga akan menjadi seperti mereka. Harapan dan keinginanku selanjutnya adalah
bagaimana bisa setelah s2 melanjutkan s3 lebih jauh lagi dan mengelingi dunia,
bukan hanya kawasan asia tenggara saja, tetapi global serta mendidik generasi
dari umat ini dengan kesabaran dan ketekunan pula. Karena itu, apapun pekerjaan
dan propesi kita, jika sabar dan tekun dalam menjalani proses demi proses
insyaallah akan berhasil sesuai dengan tingkatannya, karena Setiap maqam ada
mahallah dan jam terbangnya masing-masing. Seoarang anak buah, tingkat
keberhasilannya tentu lebih rendah dibandingkan dengan tingkat keberhasilan
seorang bos. Untuk diriku, aku azzamkan keberhasilanku dalam dunia ilmu bukan
pada maqam anak buah, melainkan bos.
Kuala Lumpur, 10 Februari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar