Oleh: Edi
Kurniawan*
Beberapa waktu
lalu dunia per-film-an tanah air kembali memanas dan menuai kontraversi dengan
hadirnya film “Cinta Tapi Beda” yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Dalam
catatan penulis, film yang disutradarai oleh Hanung ini merupakan film kedua
yang menuai kontroversi setelah sebelumnya film “Tanda Tanya”.
Film yang
pertama pernah dicekal oleh MUI karena dinilai memuat unsur penistaan agama.
Baru-baru ini, dengan film “Cinta Tapi Beda”, film ini dinalai: [1] Memuat
unsur Pluralisme Agama yang dapat merusak akidah umat Islam, dan [2] melecehkan
adat istiadat Negeri Minang.
Tulisan ini
mencoba menganalisa dari penilain yang kedua yang menurut Ketua Mahasiswa
Minang Jaya bahwa film ini telah menyimpang dari falsafah Minang.
“Cinta Tapi Beda” dan Protes Orang-Orang Minang
Cinta Tapi Beda
menceritakan kisah cinta Cahyo (Reza Nangin) dengan Diana (Agni Pratistha).
Cahyo adalah pria asal Yogyakarta dan bekerja sebagai koki di Jakarta. Ia
berasal dari keluarga muslim yang taat beribadah. Cahyo berusaha lepas dari
kesedihan setelah ditinggal selingkuh kekasihnya, Mitha. Sementara Diana adalah
seorang gadis asal Padang, Sumatra Barat. Ia seorang mahasiswi jurusan seni
tari dan tinggal bersama om dan tantenya di Jakarta. Keluarganya Katolik yang
taat.
Cahyo dan Diana
akhirnya bertemu dan menjadi sepasang kekasih. Mereka ingin serius melanjutkan
hubungan ke jenjang pernikahan. Namun sayang, kedua keluargapun tak merestui, hingga
pada akhirnya Diana dijodohkan dengan laki-laki Minang, Dokter Oka yang
beragama Katolik.
Ringkas cerita,
tokoh yang dimainkan oleh Diana dan Dokter Oke dengan kekhasan logat Minangnya,
seakan-akan film ini ingin mengatakan bahwa orang Minang itu Kristen dan
berasal dari rumpun sejarah Kristen, serta hubungan antar agama digambarkan
sebagai sesuatu yang naib dan tabu dan itu harus dicerahkan dalam hubungan
pernikahan lintas agama. Tak ayal, adat budaya Minang yang banyak disebutkan
dalam film ini terkesan ingin mengatakan, seperti itulah adat budayanya yang
tertutup dari umat lain serta serta Kristen sebagai asal usul agamanya.
Maka pada hari
senin, 7 Januari 2013, Dewan Pengurus Pusat Ikatan Pemuda Pemudi Minang
Indonesia (DPP IPPMI) mendatangi kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemdikbud), guna menyampaikan aspirasi mereka terkait keberadaan film ini.
Empat hari sebelumnya, Pengurus Pusat Keluarga Mahasiswa Minang Jaya (KMM Jaya)
melalui rilis kepada itoday (3/1/2013) menegaskan bahwa film ‘Cinta Tapi
Beda’ ini menyimpang dari falsafah Minang.
Meninjau Falsafah Adat Negeri Minang
Negeri
minang dikenal dengan falasafahnya adat yang sarat dengan makna religius, “Adat
Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, Syarak mangato adat mamakai.”
yang artinya "adat bersendikan (hukum) agama, dan hukum agama bersendikan
Kitabullah (al-Qur’an). Falsafah adat ini juga mengilhami Negeri tetangganya,
yaitu Melayu Jambi. Maka dalam petitih adat Melayu Jambi juga ditemukan
adigium yang sama seperti Minang.
Falsafah adat ini tidaklah timbul dari ruang
kosong. Ia merupakan hasil kesepakatan pasca Perang Paderi yang berakhir pada
tahun 1837 antara kaum ulama, adat dan cadiak pandai (cerdik pandai). Mereka
bersepakat untuk mendasarkan adat budaya Minang pada syariat Islam.
Para ulama yang dipelopori oleh Haji Piobang,
Haji Miskin, dan Haji Sumanik, mendesak Kaum Adat untuk
mengubah pandangan budaya Minang yang sebelumnya banyak berkiblat kepada budaya
animisme dan Hindu-Budha, untuk berkiblat kepada syariat Islam. Budaya
menyabung ayam, mengadu kerbau, berjudi, minum tuak, diharamkan dalam
pesta-pesta adat masyarakat Minang.
Sejak reformasi budaya dipertengahan abad
ke-19, pola pendidikan dan pengembangan manusia di Minangkabau berlandaskan
pada nilai-nilai Islam. Sehingga sejak itu, setiap kampung atau jorong di
Minangkabau memiliki masjid, selain
surau yang
ada di tiap-tiap lingkungan keluarga. Pemuda Minangkabau yang beranjak dewasa,
diwajibkan untuk tidur di surau. Di surau, selain belajar mengaji, mereka juga
ditempa latihan fisik berupa ilmu bela diri pencak silat.
Ketika Islam sudah mengental dalam diri mereka,
maka siapapun warga etnis Minang yang pindah agama atau beragama selain Islam,
akan dikenakan hukum adat tertinggi yaitu pengasingan, serta tidak diakui lagi
sebagai orang Minang.
Lalu,
timbul film dengan mengisahkan gadis Minang yang beragama Kristen ini yang
sarat dan kental dalam muatannya, seakan-akan minang itu Kristen. Maka wajarlah
jika timbul reaksi keras dari berbagai elemen dan organisasi Minang memprotes
kehadiran film ini. Hal ini ibarat bahwa anda seorang yang tumbuh dan besar
dalam keluarga dan lingkungan Muslim, tiba-tiba ada orang yang mengatakan atau
mengisahkan bahwa tempat tumbuh dan berkembang anda itu dari lingkungan Kristen.
Islam jauh lebih dahulu berkembang di Bumi Minang ketimbang Kristen yang hanya
belakangan dibawa oleh para Penjajah Belanda dan Portugis.
Di sisi lain pula, film ini terkesan melupakan falsafah
adat dan hukum yang berlaku pada masyarakat Minang. Logika semacam ini persis seperti
kajian orientalis di alam Melayu-Indonesia. Opini masyarakat digiring pada
agama sebelumnya, yaitu Hindu-Budha. Sehingga semenjak zaman Rafles,
situs-situs Hindu-Budha pra-Islam dibugarkan, sementara situs-situs Islam
dihancurkan. Setelah bukti fisik sudah mulai menghilang, mereka digiring kepada
opini: “Jika anda berasal dari Islam, apa buktinya secara fisik?”. Begitulah
logika, pandangan dan pendapat yang dibawakan oleh orientalis semacam
Snouch Hourgronje dan para muridnya dalam usaha menjauhkan Melayu-Islam dari
agamanya.
Dengan tegas dan lugas, Prof. Syed Munammad
Naquib al-Attas di dalam bukunya Historical Fact and Fiction menyangkal cara
dan gaya kajian orientalis semacam ini bahwa menurut beliau, bukti sejarah Melayu-Islam
di Kepulauan Melayu ini tidak hanya bukti fisik belaka, tetapi bahasa dan
falsafah suatu negeri adalah bukti atau hujjah yang kuat pula. Hal ini juga
diungkapkan oleh Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud (Direktur Canter for Advanced
Studies on Islam, Science and Civilization (CASIS) – Universiti Teknologi
Malaysia) beberapa waktu lalu di Hotel Sirri Melaka, Malaysia bahwa kaum
materialistik dalam menilai sejarah hanya berlandaskan pada data atau penilaian
fisik belaka. Padalah, bahasa dan budaya suatu tempat merupakan suatu data yang
tidak bisa dinafikan.
Ini benar, jika ingin menilai Minang itu
berlandaskan pada Islam atau Kristen, maka mari kita lihat, falsafah adat
mereka, “Adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah”. Falsafah ini merupakan
bukti sejarah yang tak bisa dipungkiri bahwa adat dan budaya mereka itu berasal
dari Islam, bukan Kristen. Ini juga berlaku pada orang Melayu Jambi, jika anda
mengajukan pertanyaan, apakah kebudayaan Jambi itu berlandas Islam atau bukan?
Kalau iya apa bukti fisiknya? Memberikan atau membuktikan secara bukti fisik
memang agak susah, namun budaya dan bahasa Minang, begitu pula Jambi adalah
bukti non-fisik yang tak bisa dipungkiri.
Akhir kata, jika film ini tersirat ingin mengatakan
bahwa Minang adalah Kristen, maka itu salah total. Jika bukan, maka itulah
potret pragmatisme dunia per-film-an yang “penting saya kenyang” tanpa
memperhatikan bagaimana kerusakan akhlaq, sosial dan budaya setelahnya. Wallahua’lam!
(Penulis adalah Kondidat Master pada Canter for Advanced Studies on Islam,
Science and Civilization (CASIS) – Universiti Teknologi Malaysia/Alumni IAIN
STS Jambi)
4 komentar:
Wah baru tahu juga kalau film ini ternyata menuai kontroversi (untung nggak jadi nonton yang ini). hm...di Indonesia ini seringkali terjadi seperti itu, protes setelah filmnya beredar luas. kenapa tidak ada sensor saat naskah skenarionya selesai dibuat?
Terimakaish sudah berkunjung. Wah, itu bukan urusan saya mbak.:-) saya mencoba menyorot isinya saja dari sisi falsafah minang. Lebih tepatnya tanya ke sutradaranya.:-)
owh.. jadi kontroversi'na itu gara" warga minang merasa d'lecehkan karena menurut cerita islam minang itu berasal dari orang kristen yang pindah ke islam gitu ya??
hmmm... aq udah nonton itu kemarin. aq pikir warga minang marah gara" yg mereka gk mentolelir agama lain? ummm..
thx info'na..:D
Yah... gitulah mbak sejauh yang saya ketahui. Terimakasih sudah berkunjung.:-)
Posting Komentar