Edi
Kurniawan
Izinkan
aku bercerita tentang
gemuruh cinta di dada, biar nanti tercatat dan
engkau tahu
Ku
terjatuh, lalu ku bangkit; jatuh, lalu bangkit kembali. Berulang dan berkali
Hanya untuk dirimu!
Izinkan
aku berkisah tentang
pengorbanan cinta: sungguh, dua tahun lebih aku
paksakan diriku untuk memahamimu; setiap kemolekan tubuh dan gaya bahasamu, aku
ikuti dan pelajari. Sekiranya lalat-lalat nakal hinggap padamu, takkan
kuizinkan. Apalagi kotoran najis; anjing dan babi
Betapa besarnya cintaku padamu!
Biarlah
cerita ini melekat bersama embun pagi, supaya nanti engkau tahu bahwa aku
bersungguh untuk mengkhitbahmu
Adakah
engkau tahu wahai bidadari hati yang mengenang hati bahwa
1
tahun terakhir ini, engkau selalu ada di benakku: siang dan malam; petang dan
pagi; jam dalam hitungan menit; menit dalam hitungan detik; bahkan saat
tertidurpun aku sering memimpikanmu
Sungguh, tidak bisa aku melupakanmu!
Lagi,
izinkan aku bercerita
untuk membuktikan cintaku, hampir kemana aku pergi,
suratmu selalu dibawa untuk dibaca; agar selalu terkenang, melekat dan terhujam
dalam jiwa.
Sungguh,
kalimat indah yang tersusun dari huruf demi huruf dalam suratmu, jika aku
faham, betapa senangnya daku; serasa mengalahkan tumpukan emas segunung dan bergunung-gunung
Sungguh,
untuk memahamimu otakku harus diperas karena bahasamu begitu klasik dan
“romantis”; yang menyiratkan “nasab”mu dari garis keturunan yang berilmu lagi
mulia
Tiada alasan bagiku untuk tidak memilihmu!
Karenanya:
Jika
bahasamu tidak atau belum aku fahami, sekuat tenaga aku cari tahu
Kamus dibuka!
Juga,
masih tidak faham, aku bertanya
Itu semua untukmu sayang!
Hayolah
sayangku, datanglah padaku dengan cepat
Berikan
pemahaman padaku
Engkaulah
goresan jiwa: al-Muwāfaqāt fī Uṣūl al-Sharīʿah karya
Ibrāhīm al-Lakhmī al-Shāṭibī
Aku
ingin segera wisuda.:-)
Kuala Lumpur, 8/10/2014
Kuala Lumpur, 8/10/2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar