Hei, tulip itu. tulip itu. masih saja datang
dan pergi. Padahal. Ada bentangan Hindia dan Cina Selatan, lalu hadir Konstantin.
Tersekat.
Nafīzahku dipenuhi sūrah al-jamīlah. Lukisan tulip; senyap
dan sunyi. Datang dan pergi. Melekat terurai. Laksana embun dan sengatnya matahari.
Namun masih saja ada rinai di padang ini. Akankah ia menjadi kebun, hamparan tulip-tulip;
setiap hari petani itu menyemai, menyiram, memupuk dan menghalau hama-hama? Boleh
jadi bila itu qaḍāNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar