1 semester sudah terlewati dan
tinggal diasrama. Entah mengapa, baru ini kunci bilik bermasalah, rusak. Bukan
disengaja, tapi memang umurnya sudah sampai. Laporan sudah dibuat ke Pejabat
Asrama, dan kebetulan disitu sedang hadir pula pejabat yang yang khusus
memperbaiki kerusakan, "Iya, insyaAllah petang nanti akan
diperbaiki", katanya. Ditunggu tapi tak datang. Ohh… mungkin dia lupa atau
terlalu banyak pekerjaan. Esoknya juga tidak datang. Dan setelah genap empat
hari, maka laporan baru dibuat, "oh… iya, nanti disampaikan ke tukang
kemarin", kata salah seorang Pejabat Asrama. Ditunggu, juga tidak datang.
Esoknya juga tidak datang. Dan esoknya juga tidak. Akhirnya laporan dibuat
lagi, "Puan, maaf, laporan saya sudah satu minggu, dan ini ketiga kali
saya melapor, tapi kunci belum diperbaiki. Bilik saya ditinggal bila keluar
atau ke kampus dalam keadaan tak terkunci. Nah, sekiranya kalau tukangnya
terlalu sibuk, tidak mengapa saya saja yang memperbaiki, berikan saya kunci
baru dan pinjamkan saya alat-alat", pintaku. "Oh.. iya… maaf… maaf…
maaf…." Blaa.. blaa… blaa… alasan yang panjang, wajah bersalah dan
menyesal.
Tak sampai 1 jam Pejabat khusus yang
memperbaiki kerusakan datang, tapi orangnya beda, bukan yang membuat janji
beberapa waktu lalu. Dengan salam, senyum dan sapa penuh keramahan beliau
memulai percakapan. Tampak dari bahasa dan wajah beliau sangat menyesal dan
berkali-kali meminta maaf. Hatikupun tersentuh. Awalnya ada rasa dongkol yang
tak terungkap, namun pelan-pelan hilang, hilang dan hilang seiring dengan
panjang lebarnya perberbualan. Sungguh aku menyaksikan budi bahasa yang halus,
ada dalam dirinya, meskipun beliau bukan orang yang berpendidikan tinggi.
Treeng… kuncipun sudah baik. Setelah mengobrol beberapa lama, beliau pun pamit.
Dengan halus dan sopan beliau menawarkan diri, "dek, jika terjadi sebarang
kerusakan, langsung saja hubungi nomor saya, tak pakai laporan di pejabat juga
tidak apa-apa. InsyaAllah saya akan segera datang". Dan ungkapan ini
selalu beliau ulang-ulangkan ketika berjumpa di asrama.
Sepeninggal beliau aku termenung dan berkata pada diriku sendiri, "sungguh
budi bahasa akan meluluhkan hati yang 'dongkol'.". Itulah petikan nikmah
kehidupan yang dapat kuambil dari beliau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar