Aku berada dalam posisi memilih, disuruh menarik dan mengambil – setelah kembangkan
jari dan hitung 1, 2, 3, 4, dst ternyata -
satu dari 10. Kok bisa? Akupun tak habis fikir, karena sesuatu yang tak
kusangka dan tak kuduga, siapalah aku! Namun ini memang fakta.
Ku hikayatkan sebuah cerita,
berawal dari dua bulan lalu, mungkin lebih kurang itulah estimasi waktu,
hitungannya berawal satu. Datang lagi, hitungannya dua. Datang lagi, hitungan
tiga, dan begitu seterusnya. Namun ku katakan, aku bukanlah penggombal kata,
apatah lagi berlagak seperti anak SMA. Aku jaga diriku untuk jauh dari itu.
Tiga minggu lalu aku pulang kampung,
ternyata aku jadi berita. Aku ini bukan artis bukan idola, apalagi nak mengalahkan pamor Ariel, sungguh aku pun tak faham mengapa. Orang
tua atau orang yang diwakilkan datang silih berganti. Alamakk…. Apa nak ku kata.
Dari kampung aku pulang ke Jambi.
Ternyata aku juga ditawarkan rezeki. Makkk…. Apa nak ku kata.
Satu minggu yang lalu, embun
putih mengirimkan wakil dan bertanya. Kira-kira elang sudah siap belum untuk
menerkam. Mak apa nak ku kata.
Beberapa hari yang lalu, empun
putih pun ada yang mengisytiharkan diri, tanpa utusan, melainkan empun itu
sendiri dengan membawa mikrofon, mengumumkan dan mengata. Lagi2… mak… apa nak
ku kata.
Ku angkat jari dan mulai
menghitung, ohh ternyata genap sepuluh.
Ohh demi Allāh, aku benar-benar
takut riyak dan takabbur datang melanda.
Ya udah deh, kabur saja. Daaaa…….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar