Jumat, 22 Juli 2011

Tabarruj


Siang itu gedung Prof. Dr. Khatib Quzwen dipenuhi sesak manusia dengan susunan anai laik tak usang. Hari itu hari yang dinantikan oleh orang tua dan sanak famili, menyaksikan topi toga anugerah serjana kepada putra-putrinya. Senyum riang dengan lesung pipit di pipi menghiasi rona wajah mereka. Seakan-akan hati berkata, akulah orang kampung yang sukses mengenyam pendidikan di kota ini.
Waktu terus berlalu. Sungai Batanghari tetap mengalir membelah kota jambi dengan aliran pada jalannya. Matahari dengan teriknya tersenyum kepada generasi bangsa ini. Di seluruh santreo gedung mereka asik befoto ria dengan sanak saudara dan kerabat dekat. Mengenang masa yang hanya satu kali dalam hidupnya.
Tiba-tiba salah seorang teman di sebelahku berceloteh, “kok penampilan si A beda banget ya…”, sambil mengacungkan jari menunjuk pada salah seorang peserta wisudawati.
Seluruh orang yang ada di dekatku tersentak, lalu memalingkan wajah.
“mana… mana?”, tanya salah seorang.
“itu”, ia acungkan jari menunjuk kembali.
“oh…. Biasa itu” Jawabnya.
“bukankah kecantikan itu terletak pada kesederhanaan?”, imbuhnya.
“ya biasa saja. Wong memang momen satu kali seumur hidup”.
“oh.. tidak bisa. Kecantikan itu tetap terletak pada kesecerhaan titik”, sembari ia mengeluarkan kata dengan nada yang cukup tinggi.
Awalnya aku tidak menghiraukan dialog antara mereka. Tapi tiba-tiba aku putar tubuhku 180 derajat searah jarum jam. Dan keperthatikan objek yang mereka dialogkan secara seksama. Dari atas sampai bawah. Kudapati. Wajah yang tidak asing lagi bagiku. Wah… ternyata ada yang berbeda.
 “Pantasan…” pikirku. 

Jilbab putih menutupi kepalanya dengan lilitan modis. Make up, bedak, lipstik, celak mata, memang sudah berlebihan. Pipi dan bibirnya memerah pekat, bukan karena terpaan matahari tapi solekan yang sudah berlebihan. Putih wajahnya bukan lagi putih alami, tapi putih bedak yang sudah berlebihan. Kerlipan-kerlipan butiran  bedak imitasi mutiara menyilau mata dibawah terpaan matahari. Rok songket yang  dikenakan dengan bahan tipis dan ketat. Untung saja ditutupi baju toga yang dalam (kalau nggak, wah… hehehe). Barangkali sebelum berangkat ia mampir terlebih dahulu ke salon kecantikan.
Jika kecantikan itu terletak pada kesederhanaan, mengapa harus mengeluarkan kocek yang tebal untuk membeli alat kecantikan ini dan itu. Bukankah  kesederhanaan akan menjaga mereka dan harga diri mereka serta terhindar dari mata liar yang dapat menimbulkan fitnah ?.
Tapi, begitulah naluri manusia. Nafsu mengajak untuk memerkan diluar batas karunia penciptanya. Hanya mereka yang benar-benar menjaganya saja yang selamat dari sikap tabarruj.
Apa itu tabarruj?
Menurut bahasa, tabarruj adalah wanita yang memamerkan keindahan dan perhiasannya kepada laki-laki (Ibnu Manzhur: Lisan Al-‘Arab). Tabarrajatil mar’ah artinya wanita yang menampakkan kecantikannya, lehernya, dan wajahnya. Ada yang mengatakan, maksudnya adalah wanita yang menampakkan perhiasannya, wajahnya, kecantikannya kepada laki-laki dengan maksud untuk membangkitkan nafsu syahwatnya.
Menurut syariah, tabarruj adalah setiap perhiasan atau kecantikan yang ditujukan wanita kepada mata-mata orang yang bukan muhrim. Termasuk orang yang mengenakan cadar, di mana seorang wanita membungkus wajahnya, apabila warna-warnanya mencolok dan ditujukan agar dinikmati orang lain, ini termasuk tabarruj jahiliyah terdahulu. Seperti yang disinyalir ayat,
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (Al-Ahzab: 33).
Kepada seluruh saudari muslimahku, semoga saudari terjaga dari sikap seperti ini. Tatalah akhlakmu dengan akhlak terpuji. Bukankah “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalehah”? begitulah Rasul kita Muhammad saw menjelaskan. Lalu, bersabarlah, karena suatu saat engkau akan menemui yang halal dihadapanmu. Bersoleklah untuknya. karena bersolekmu merupakan ibadah. Insyaallah syurga akan Allah karuniakan untukmu.

3 komentar:

emon mengatakan...

aku suka keindahan dan suka bersolek, walopun tak berlebihan. apakah termasuk tabaruj y?

Sisca Chrysanthy Mukti mengatakan...

sederhana, namun tetap bersahaja.... itu lebih baik... ^_^

habibi daeng mengatakan...

kalau ga berlebihan kayaknya ga tabarruj lah. . . hehehe eh bener ga ya? kita tunggu penulisny dah