Izinkan
aku menumpahkan tinta dan menerangkai abjad demi abjad tentang kisah dan niat nan
mulia kita untuk menyemai, menanam, menjaga, dan menumbuh kanpohon-pohon rindang
cita Ahmad Dahlan yang subur tinggi menjulang
menaungi negeri ini dengan akar kuat menghujam bumi, hingga menjadi tempat berteduh
atau meneduhkan dahaga musafir pelepas rehat melintasi alam. Yang sengaja atau disengaja
mencari lembab udara atau sepoinya angin.
Atau
menjadi tempat bagi burung-burung dan makhluk Tuhan lainnya bersiul atau bermain.
Atau menjadi tempat bagi anak-anak negeri atau pengkaji membahas urusan umat dan
negara. Atau menjadi tempat bagi kelembaban tanah, hingga menyuburkan. Atau menjadi
tempat pencegaherosi, longsor, dan banjir, nestapa marabahaya.
Semuanya
kan kuukir, dan kutorehkan tinta dalam bait-bait indahs yairkuini.
//2//
Dunia
amatlah tua.
Meratab
dan menangis hati nan sukma, melihat tingkah
pemuda negeri dans erantau ini. Tontonan disuguhkan nafsu nan hawa, sementara lidah bersilat antara hitam
dan putih. Zina kecil besar apapun bentuknya, sementera yang halal menjadi na’if. Judi miras serta menghilangkan nyawamewabahdimana-mana,
sementara yang merobahamatlahsedikit.
adalah
yang kusebutkan ini kan menjadi factor kendala urungan niat kita, agar pohon tak
layu apalagi mati.
Kusebutkan
bukan maksudku mencela zaman, tapi maksud hati ingin merangkaikan bait-bait
indah akhlaqulmahmudah, semoga itu menjadi
solusi. Dan juga bukan maksud hatiu ntuk mengajari, karena kusadar aku juga masih
duduk mengaji. Tapi nasehat kebaikan itulah maksudnya wahai saudaraku para penjaga,
petani, pemupuk dan penyiram yang masih bertahan, karena ku kan pergi mengejar citaku
di negeri seberang sebentar lagi. Semoga kita dapat bersua kembali.
//3//
Kita
adalah penjaga
Yang
menjaga pohon kecil kita dari rumput-rumput nakal dan berbisa, dan dari binatang
buas yang melata.
Lalu
bilaku seru: wahai para penjaga . . .
Tidaklah
salah bila kukatakan bahwa penjaga yang baik adalah penjaga yang jujur dan amanah
dalam menjaga pohonnya, karena itu lah tercermin dalam sifat yang wajib bagi Nab
kitai. Sidiq dan amanah itulah namanya. Sifat ini haruslah ada, bukan kizib ataupun khiyanat, apalagi baladah atau kitman bak sifat mustahil baginya.
//4//
Kita
adalah petani
Yang
menyemai, menanam, dan menumbuhkan.
Lalu
bila kuseru: wahai para petani . . .
Tidaklah
salah bila kukatakan bahwa petani yang baik adalah petani yang menyemai bibit-bibit
unggul atau mengunggulkan yang tidak unggul, karena Kalam Ilahilah berkata: walyakhsyallazina lautaraku minkhalfihim zurriyyatan
dhi’afa, khafu ‘alaihim . . .
Atau
dalam kalam lainnya Tuhan juga berkata: ‘ud’u
ila sabili ribbika bilhikmati walmau ’izatil hasanah.
Tidaklah
salah juga bila kukatakan bahwa petani yang baik adalah petani yang menanam dan
menumbuhkan pohonnya dengan pupukan cinta, karena Kalam Ilahi lah berkata: Innamal mukminina ikhwah. cintakan mencari
jatidiri, hingga menjauhkan kelamnya dunia.
//5//
Kita
adalah pemupuk,
Yang
memupuki.
Lalu
bila kuseru: wahai para pemupuk . . .
Tidaklah
salah bila kukatakan bahwa pemupuk yang baik adalah pemupuk yang memberikan pupuk
dengan kadar zat tinggi untuk pohonnya, karena itu lah tercermin dalam sifat wajib
bagi Nabi kita, itulah fathanah namanya.
Atau
bila kukatakan bahwa pemupuk yang baik adalah pemupuk yang teratur memupuki pohonnya,
karena Nabi kita lah berkata: sebaik-baik
pekerjaan adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus-terus, itulah itqan namanya.
//6//
Kita
adalah penyiram,
Yang
menyirami.
Izinkan
aku mengatakan bahwa penyiram yang baik adalah penyiram yang memberikan air
yang segar untuk pohonnya, bukan menunggu siraman hujan karena kemarau tak
menentu kapan datangnya.
//7//
Penutup
jumpa kita, izinkan aku menorehkan bait-bait indah buah cita pikiran jiwa Syed Nuqib Muhammad Al-Attas dalam “Islam
and Scularism” nama bukunya: tujuan menyiram adalah adab, atau akhlak bahasa agamanya.
Maka celakalah ia yang menyiram dengan air berbisa atau beracun.
Celaka
diri celaka agama
Layu
pohon rindang pun jauh