Oleh Adnin Armas
Setelah mengungkapkan problema sejarah Al-Qur'an, Jeffery
ingin mengedit Al-Qur'an. Dalam pandangannya, AlQur'an memiliki banyak
kelemahan. Ia ingin menyusun sebuah Al-Qur'an dengan bentuk yang baru.
Al-Qur'an dengan bentuk yang baru inilah Al-Qur'an edisi kritis (a critical edition of the Qur'an).
Dalam pikiran Jeffery, format Al-Qur'an edisi kritis tersebut
memiliki empat jilid. Jilid pertama, mencetak teks Hafs yang diklaim sebagai
textus receptus. Teks tersebut akan direkonstruksi menurut sumber-sumber
terlama, yang berkaitan dengan tradisi Hafs. Teks tersebut akan dicetak menurut
nomor ayat Flugel. Referensi yang relevan akan dicantumkan di pinggir halaman
tersebut beserta apparatus criticus pada catatan kaki setiap halaman. Segala
varian bacaan dari bukubuku tafsir, kamus, hadith, teologis, filologis, dan
bahkan dari buku-buku Adab, akan dihimpun. Setelah itu, diberi berbagai simbol,
yang menunjukkan nama para Qurra' yang dikutip untuk setiap varian. Ini akan
menunjukkan apakah para Qurra' yang dikutip lebih dahulu atau lebih belakangan
dibanding dengan qira'ah sab'ah. Sekalipun, apparatus criticus tidak dapat
diharapkan akan sempurna karena terlalu berseraknya varian bacaan, namun semua
sumber-sumber yang lebih penting yang tersedia akan dimanfaatkan. Jilid kedua
akan diisi dengan pengenalan (introduction),
untuk para pembaca bahasa Inggris. Edisi ini dalam bahasa Jerman sudah
tersedia dalam edisi kedua karya Noldeke Geschichte
des Qorans. Jilid ketiga akan dilengkapi dengan anotasi-anotasi,
yang pada
dasarnya merupakan komentar terhadap apparatus criticus. Berbagai varian
bacaan tersebut perlu dijelaskan lebih mendalam. Penjelasan tersebut mencakup
asal-mula, derivasi dan pentingnya qira'ah. Ini akan bermanfaat jika terjadi
perdebatan mengenai sebuah bacaan. Para sarjana akan mendapat informasi
tambahan sehingga mereka bisa menilai. Jilid keempat, berisi kamus Al-Qur'an. 112 Jeffery
membayangkan Kamus Al-Qur'an tersebut seperti Kamus Grimm-Thayer atau Kamus
Perjanjian Baru Milligan-Moulton. Kamus yang belum pernah dibuat oleh para
mufasir Muslim, Kamus AlQur'an tersebut akan memuat makna asal dari kosa-kata
di dalam Al-Qur'an.113
Selain dari empat jilid tersebut, Jeffery juga mendambakan
untuk mengeluarkan serial Studi Sejarah Teks Al-Qur'an (Studien zur Geschicte des Koran-texts), sebagaimana
yang telah digagas oleh Bergstrasser. Berbagai karya, termasuk karya yang sudah
diedit oleh Bergstrasser sendiri, yaitu karya Ibn Jinni;114 karya
Ibn Khawalayh;115 manuskrip-manuskrip
Ibn Abi Da'ud;116 al-'Ukbari; al-Mabani;117 lbn
al-Anbari tentang Waqf wa Ibtida'
dan yang lain, harus,diterbitkan. 118 Pencarian
intensif juga perlu giat dilaksanakan untuk mencari qira'ah yang
hilang, di samping menerbitkan mushaf-mushaf Kufi.119 Jadi,
akhir dari penerapan metodologi Bibel dalam studi AI-Qur'an adalah mengkritisi
dan mengedit Mushaf 'Uthmani. Padahal, status teks Bibel dan Al-Qur'an tidaklah
sama. Menggunakan metodologi Bibel yang sekular ke dalam studi Al-Qur'an akan
mengabaikan sakralitas Al-Qur'an. Kalangan Kristen mengakui Bibel sebagai
karangan manusia sedangkan Al-Qur'an diturunkan dari Allah dan bukan karangan
Muhammad. Allah swt. berfirman yang artinya: "Yang tidak datang kepadanya (AI-Qur'an) kebatilan baik dari depan
maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan yang Maha Bijaksana lagi
Maha Terpuji."120 Metodologi
Bibel sarat dengan sejumlah permasalahan mendasar di dalam Bibel yang memang
mustahil untuk diselesaikan. Oleh sebab itu, metodologi Bibel akan berakhir
dengan kesimpulan mengedit Bibel secara kritis. Bagaimanapun, pengalaman
tersebut tidak sepatutnya diterapkan oleh sarjana Muslim.121
Selain itu, sejak zaman para Sahabat hingga kini
menyepakati Al-Qur'an Mushaf `Uthmani. Abu `Ubayd (m. 224 H), seorang yang
termasuk paling awal menulis mengenai qira'ah menyatakan: "Kita menilai
seseorang itu kafir bagi siapa saja yang menolak apa yang ada diantara dua
sampul khususnya, dan itu telah tetap di dalam (mushaf) Imam, yang ditulis oleh
`Uthman dengan persetujuan Muhajirin dan Ansar, dan menggugurkan apa selainnya,
kemudian ummat menyepakatinya, tidak ada perbedaannya di dalamnya, yang bodoh
di kalangan ummat mengetahuinya sebagaimana yang pintar di kalangan mereka,
berabad-abad mewariskannya, anak-anak mempelajarinya di sekolah, dan ini
merupakan salah satu tindakan 'Uthman yang mulia, dan
sebagian di kalangan yang menyimpang (ahl
zaygb) mencelanya, kemudian bagi manusia kesesatan mereka menjadi jelas
mengenai hal tersebut."122
114. Lihat G. Bergstrauer, Nichtkanonische
Koranlesarten irn Muhtasab des Ginnl (Munich: Sitzungsberichte der
Bayerischen Akademie der Wissenchaften, 1933).
115. Ibn Khalawayh, Abu 'Abdillah al-Husayn ibn Ahmad, al-Mukhtasar
t7 Shawadhdh al-Qira'at, editor G. Bergstraver (Kairo: 1934).
116. Arthur Jeffery telah mengedit
manuskrip karya Ibn Abi Da'ud, Kitab al Masahif pada tahun 1937.
117. Arthur Jeffery telah mengedit manuskrip Mabani pada
tahun 1954.
118. G. Bergstrauer mengedit juga karya Ibn al-Jazari, Ghayat al-Nihayah fi Tabaqat al-Qurra', 3 jilid (Istanbul: 1355/1916).
118. G. Bergstrauer mengedit juga karya Ibn al-Jazari, Ghayat al-Nihayah fi Tabaqat al-Qurra', 3 jilid (Istanbul: 1355/1916).
119. Arthur Jeffery, Progress,
144.
120. Surah Fussilat (41: 42); lihatjuga
al-Shu`ara' (26: 192); al-Sajdah (32: 2);
al-Zumar (39: I ); al-Mu'min
(40: 2); Fussilat (41: 2); al-Jathiyah (45: 2); al-Ahqaf (46: 20) al-Waqi'ah
(56: 80); al-Haqqah (69: 43).
121. Taufik
Adnan Amal, seorang dosen 'Ulum AI-Qur'an di IAIN Alaudin Ujung Pandang ingin
mengedit Mushaf 'Uthmani. Ia menyatakan: "Uraian dalam paragraf-paragraf
berikut mencoba mengungkapkan secara ringkas proses pemantapan teks dan bacaan
AI-Qur'an sembari menegaskan bahwa proses tersebut masih meninggalkan sejumlah
masalah mendasar, baik dalam ortograti teks maupun pemilihan bacaannya, yang
kita warisi dalam mushaf tercetak dewasa ini. Karena itu, tulisan ini juga akan
menggagas bagaimana menyelesaikan permasalahan itu lewat suatu upaya
penyuntingan edisi kritis AI-Qur'an." Lihat Taufik Adnan Amal,
"AI-Qur'an Edisi Kritis," 78, dalam Wajah Liberal Islam di
Indonesia (Jakarta: TUK, 2002).
122. Abu 'Ubayd menyatakan: "...wa nahkum bi al-kufr `ala al jahid li hadha alladhi bayna al-lawhayn khassah, wa huwa ma thabata fi al-imam alladhi nasakhahu `Uthman bi ijma' min al-muhajlrin wa al-ansar, wa isqatlim5siwahu thumma at baqat 'alayhi al-urnmah, falam yakhtalif fi shay'in rninhu ya 'rifirhu jahiluhum kama ya 'rifu 'allimuhum, wa tawarathahu al-qurun baduha 'an ba'din, wayata'alamuhum al wildan fi al-maktab, wa kanat hadhihi ihday manaqib 'Uthman al-`izam, wa qad kana ba `d ahl al-zaygh ta 'ana fihi, thumma tabayyana linnasi dal5luhum fi dhalika. " Lihat Abu 'Ubayd al-Qasim Ibn Sallam, Fada'il AI-Qur'an, 193-94.
122. Abu 'Ubayd menyatakan: "...wa nahkum bi al-kufr `ala al jahid li hadha alladhi bayna al-lawhayn khassah, wa huwa ma thabata fi al-imam alladhi nasakhahu `Uthman bi ijma' min al-muhajlrin wa al-ansar, wa isqatlim5siwahu thumma at baqat 'alayhi al-urnmah, falam yakhtalif fi shay'in rninhu ya 'rifirhu jahiluhum kama ya 'rifu 'allimuhum, wa tawarathahu al-qurun baduha 'an ba'din, wayata'alamuhum al wildan fi al-maktab, wa kanat hadhihi ihday manaqib 'Uthman al-`izam, wa qad kana ba `d ahl al-zaygh ta 'ana fihi, thumma tabayyana linnasi dal5luhum fi dhalika. " Lihat Abu 'Ubayd al-Qasim Ibn Sallam, Fada'il AI-Qur'an, 193-94.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar