“Aku berdebat dengan orang-orang
pintar, tapi aku dapat mengalahkan mereka. Namun, apabila aku berdebat dengan
orang-orang bodoh, maka akulah yang dikalahkan”. (Imam al-Syafi’i)
Saya ada oleh-oleh yang didapat selama di kampung. Brooo mau…?hahahaaa…
maaf ya… oleh-olehnya bukan cendra mata, tapi pelajaran hidup. Brooo mau denger
kisahnya? Ok!... let’s go…
Ceritanya gini, suatu malam ketika di kampung aku bersilaturrahim
ke rumah sanak saudara. Salah satunya adalah rumah adik kandung dari nenekku sebelah
ibu. Rumahnya agak sedikit di belakang, sebelum mamasuki rumahnya, mesti
melewati satu rumah, dan rumah itu juga masih rumah keluargaku. Ku lihat dari
luar pintu rumah terbuka dan orangnya pun juga ada, lalu aku putuskan untuk
masuk.
“Assalamua’alaikum”, ucapku.
“Wa’alaikum salam”, jawabnya.
“Kapan datang edi?”.
“Ohh… sudah dua hari”.
Akhirnya aku dipersilahkan masuk. Baru saja aku mencecahkan
pantatku di kursi dapurnya, ehh… malah aku cemoohin… dakatain gini gitulah.
Macam-macamlah pokoknya.
“Untuk apa belajar tanggung-tanggung, kalau mau belajar langsung
saja ke Mesir sana. Menghafal al-Qur’an. Setelah itu balik jadi penceramah. Apa
belajar semacam itu….”.
Dengan sedikit berhati-hati agar aku tak menyinggung
perasaannya aku menjawab,
“Mohon maaf pak Ngah, untuk sekarang Cuma itu ada peluang dan
rezeki yang diberikan Tuhan. Kalau mengikuti keinginan hati, aku pengeeen
banget…. Ibarat kita mau ke Jambi, tapi kita hanya punya peluang dan ongkos ke
Bangko, ya untuk sekarang cukuplah di Bangko dulu”.
Aku kira dengan jawaban seperti itu aku dapat mengajak dia kembali
berfikir fress…, eh… malah dia semakin menjadi-jadi. Waduh fikirku.. orang ini
mengerti apa tidak. Malah aku semakin dicemoohkan. Lalu cepat aku mengalih
pembicaraan. Dan tidak berapa lama setelah itu aku keluar, pamit.
Dari rumahnya aku langsung ke rumah adik nenekku, lalu setiba
di rumahnya akupun langsung bercerita perihal apa yang baru saja aku alami.
Dari penjelasan mereka, dia memang seperti ituny
“kitalah yang harus menghukum diri”, begitulah nenek menasehatkan.
Lama aku termenung, teringat dengan sebuah hadis, “orang yang
bodoh dan tidak menyadari bahwa dia itu bodoh”, itulah orang yang amat merugi.
Itulah ibrah yang kusimpulkan, maaf… ini bukan berarti aku mengatakan bahwa aku
pintar, bukan. Aku Cuma menyayangkan orang seperti itu. Maka banarlah apa yang
pernah imam al-Syafi’ai katakana: “Aku berdebat dengan orang-orang pintar,
tapi aku dapat mengalahkan mereka. Namun, apabila aku berdebat dengan orang-orang
bodoh, maka akulah yang dikalahkan”.
Perkataan ini benar, dengan orang pintar jika mereka itu salah,
mereka itu akan bisa menerima. Namun dengan orang bodoh, meskipun anda benar
dan dia salah, mereka juga tidak akan menerima.
2 komentar:
ada award buat yg empunya lapak. silahkan nyolong disini :
http://bumiaccilong.blogspot.com/
linknya yg ini
http://bumiaccilong.blogspot.com/2012/05/awarding.html
sori, soriii :)
Posting Komentar