Sebuah poling yang cukup mengejutkan, diakan oleh Koran
Tempo, dimulai 27 Juni - 03 Juli 2013 dengan pertanyaan: “Menurut Anda,
pantaskah Presiden Yudhoyono meminta maaf ke Malaysia dan Singapura karena
kedua negara tersebut terkena dampak asap pembakaran hutan di Indonesia?”. Jawabannya
(hari ini, 28 juni 2013 pukul 15.38 waktu Malaysia), dari 661 koresponden, 396
menyatakan tidak atau sama dengan 59.9%, 256 menyatakan iya atau sama dengan
38.7%, dan 9 menyatakan tidak tahu atau sama dengan 1.4%. (Sumber: http://www.tempo.co/jajak/indikator/)
Jawaban diatas memang tidak mewakili keseluruhan
rakyat Indonesia, tapi jumlah yang mengatakan tidak lebih banyak banyak dari
yang mengiyakan, saya sebagai warga Negara Indonesia, itu sangat menyedihkan. Mengapa?
Secara pribadi saya tinggal di Kuala Lumpur dan meresakan sendiri akibat asap
tersebut. Selama asap mengepul di langit Kuala Lumpur, selama itu pula saya
batuk-batuk dan saya putuskan untuk mengurangi aktifitas keluar rumah. Secara umum,
apa salahnya meminta maaf, toh.. asalnya memang karena ulah kita. Logika sebaliknya
seperti ini, jika langit-langit Indonesia dipenuhi oleh asap yang berasal dari
Malaysia atau Singapura, apa perasaan anda? ‘Mengerutuk’ bukan? Dan jika
ditinjau dari sudut agama, kita sebagai warga Negara yang katanya mayoritas dan
terbesar Muslim, tentu menyalahi agama kita. Bukankah Nabi kita telah
mengingatkan, seberat-berat pekerjaan adalah meminta maaf jika kita salah dan
memaafkan orang yang berbuat salah. Ganjarannya tidak main-main, syurga yang
dijanjikan.
‘Ala kulli hal, memang sepantasnyalah Bapak Presiden
selaku kepala Negara meminta maaf. Itu sangat baik, sangat baik dari sisi
sosial dan sangat baik dari sisi agama.
Kuala Lumpur, 28 Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar