Dalam sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, dan Nasa’i, dijelaskan bahwa, Allah swt berfirman: “Semua amalan manusia adalah untuk dirinya, kecuali puasa, karena itu adalah untuk-Ku dan aku yang akan memberinya ganjaran. Dan puasa merupakan benteng dari perbuatan maksiat, maka ketika datang saat puasa, janganlah seseorang berkata keji atau berteriak-teriak atau mencaci maki. Dan seandainya dicaci oleh seseorang atau diajak berkelahi, hendaklah dijawab, ‘aku ini berpuasa’ sampai dua kali. Demi Tuhan yang nyawa Muhammad berada dalam tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat dari pada bau kasturi. Dan orang yang berpuasa itu akan memperoleh dua kegembiraan yang menyenangkan hati: pada saat berbuka, ia akan bergembira dengan berbuka itu, dan pada saat ia menemui Tuhannya nanti, ia akan gembira karena puasanya”.
Hadis ini menjelaskan lima hal kepada kita, yaitu pertama, bahwa ganjaran pahala bagi orang yang berpuasa, maka Allah sendirilah yang akan memberinya. Hal ini memberikan hikmah kepada kita bahwa begitu agungnya nilai puasa ini sampai-sampai Allah swt. sendiri yang akan memberikan ganjaran pahalanya. Bahkan di dalam hadis yang lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Abu Daud dinyatakan, “Puasa itu adalah untuk-Ku, dan akulah yang akan memberinya ganjaran. Sedangkan setiap kabajikan itu akan mendapatkan ganjaran sepuluh kali lipat”.
Kedua, puasa menjadi benteng diri dari perbuatan maksiat. Sebab, dengan berpuasa maka syahwat seseorang akan terjaga, karena sumber dari segala kemaksiatan adalah perut yang terlalu penuh. Makanya sampai-sampai dalam hadis yang lain Rasulullah saw mengingatkan kepada para pemuda untuk menikah jika sudah mampu. Namun apabila tidak mampu, maka Rasulullah saw menganjurkan untuk berpuasa karena puasa itu dapat menenangkan diri dan nafsu dari hal-hal yang diharamkan Alla swt.
Ketiga, kesabaran. Meskipun dicaci maki oleh musuh dan diajak berkelahi, maka katakanlah kepada musuh tersebut bahwa aku sedang berpuasa. Karena puasa mengajarkan diri untuk mengendalikan nafsu amarah. Hal ini memberikan hikmah kepada kita bahwa puasa itu mengajarkan diri untuk bersabar.
Keempat, bau mulut orang yang berpuasa busuk di dunia, namun Allah akan memberikan ganjaran yang tak terhingga, sehingga sampai-sampai Allah swt sendiri bersumpah memberikan sindiran bahwa bau mulutnya lebih harum dari minyak kasturi. Hal ini memberikan hikmah bahwa keagungan pahala orang-orang yang berpuasa meskipun bau mulutnya agak berbau, namun Allah swt akan menggantikannya keharuman yang luar biasa di akhirat kelak.
Kelima, kegembiraan dan kepuasan diri yang tak tertukar dengan materi. Hal ini terdapat diri pada orang yang berpuasa pada dua hal yaitu saat berbuka dan bertemu wajah Allah swt. Kita sendiri dapat merasakan pada diri kita bagaimana rasa senangnya hati ketika berbuka meskipun itu hanya dengan segelas air putih dan sebiji kurma. Itu baru kesenangan di dunia. Di akhirat nanti lebih dari itu, diberikan kesenangan pada saat bertemu wajah Allah swt, manakala pada masa itu wajah-wajah pemaksiat tertunduk malu dan penyelesalan diri. Wallahua’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar