Tengah malam, baru saja aku pulang dari kampus.
Tiba-tiba Isma’il, teman serumah baruku, memulakan percapan dan duduk
disampingku.
“Edi, I have a nice poetry”.
“Dia tahu sekali aku lagi tergila-gila sama Sya’ir
Arab”, kataku dalam hati.
“What poetry is that”, aku bertanya.
Lalu ia membuka dan menyodorkan buku kepadaku,
langsung ku tancap dan lihat judulnya, al-Islām fī Nījiriyā; artinya,
Islam di Nigeria.
“Oh…
the history of Islam in your country!”, gumamku.
Lalu dia menunjukkan bait-bait Syai’r tersebut.
Subhanallah. Sungguh saat indah:
لَيْسَ بِاِنْسَانٍ وَلَا عَاقِلٍ
# مَنْ لَّا يَعِي التَّارِيْخَ
فِي صَدْرِهِ
وَمَنْ وَعَي أَخْبَارَ مِنْ قَبْلِهِ
# أَضَافَ أَعْمَارًا اِلَي
عُمْرِهِ
Bukan manusia dan bukan pula orang yang
berakal # mereka yang tidak memahami sejarah [hingga terhujam]
dalam dadanya.
Siapa yang memahami kabar-berita tentang orang-orang
sebelumnya # seakan-akan ia telah menambahkan banyak umur
pada hidupnya.
Dinukil dan diterjemahkan dari buku
al-Islām fī Nījiriyā karya
Adam ʿAbdullah al-Ileri, ulama agung asal Nigeria, Afrika.