Sabtu, 06 Agustus 2011

Lapar dan Cinta


Ketahuilah! Cinta yang sesungguhnya adalah gambaran hidup yang pahi, berujung manis. Karena semua dasar cinta tidak lain adalah kebaikan moral!

~ Jalaluddin Ar-Rumi ~
Puasa dan lapar merupakan dua sisi yang tak terpisahkan. Orang yang berpuasa, otomatis ia akan lapar karena perutnya tidak terisi makanan. Dengan berpuasa, maka akan mengingatkan kita pada saudara kita kaum dhu’afa dan orang-orang fakir. Bagi mereka, lapar merupakan salah satu keadaan umum yang dimilikinya. Kefakiran atau kemiskinan materi mengakibatkan mereka tidak mampu membeli sesuatu yang dapat menghilangkan rasa lapar.

Pada bulan Ramadhan yang mulia ini, Allah swt. berkehendak menjadikan si kaya ikut merasakan rasa lapar yang dialami oleh meraka kaum dhu’afa. Dari rasa lapar itu si kaya turut merasakan penderitaan dan kepedihannya. Secara bertahap diharapkan si kaya mampu berempati kepada orang-orang miskin yang sudah sedemikian akrab dengan rasa lapar, sampai akhirnya tumbuh rasa kasih sayang di dalam hati si kaya.

Manakala Rasulullah saw. melakukan Mi’raj, beliau bertanya kepada Allah swt., “Wahai Tuhan, apakah yang diwariskan dari puasa?” Allah SWT menjawab, “Puasa itu mewariskan hikmah, dan hikmah mewariskan ma’rifat’ lalu ma’rifat itu mewariskan keyakinan. Maka apabila seorang hamba telah memiliki keyakinan niscaya ia tidak lagi peduli apakah ia bangun di pagi hari dalam keadaan susah maupun dalam keadaan senang!”.

Rasa lapar yang disebabkan dari puasa dapat membangunkan hati yang tertidur dan membangkitkan jiwa yang lalai. Rasa lapar bisa mengguncang kesadaran ruhani seseorang. Mata batin orang yang lapar karena puasa akan terbuka lebar, hatinya pun terjaga, pandangan ruhaninya menjadi tajam sehingga mampu mencerna rahasia-rahasia kehidupan serta tanda-tanda zaman.

Lapar juga mengakibatkan tubuh menjadi untuk beribadah seperti berzikir, iktikaf dan membaca al-Quran, serta gesit membantu orang-orang yang miskin dan fakir. Dan buah dari semua aktifitasnya itu adalah Cinta Tuhan.

Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang tiada mengasihi manusia maka Allah pun tiada mengasihinya!”.

Dalam riwayat lainnya, beliau Saw besabda, “Demi jiwaku yang berada dalam genggaman-Nya, tidaklah masuk surga kecuali orang yang memiliki rasa kasih sayang.” Para sahabat menyahut, “Kami semua memiliki rasa kasih sayang”.

Maka Nabi Saw berujar, “Bukan begitu (maksudku), kalian bisa dikatakan sebagai orang yang memiliki rasa kasih sayang jika kasih sayang kalian juga dilimpahkan kepada seluruh umat manusia dan semesta alam”. 

Ini dikarenakan ajaran-ajaran Islam berlandaskan rahmat (kasih sayang) seperti hadis lainnya Nabi saw. bersabda, “Allah Yang Maha Rahman mengasihi dan menyayangi orang-orang yang memiliki kasih sayang, karena itu sayangilah mereka yang ada di bumi, niscaya mereka yang di langit juga akan menyayangimu!”.

Inilah tujuan hakiki dari puasa, untuk meraih cinta Tuhan. Kita tidak akan dapat meraih cinta-Nya sebelum kita sanggup mencintai sesama manusia. Sebelum kita mengenal siap diri kita. Jadi, puasa mesti membuahkan kepekaan jiwa, kehalusan rasa sosial dan cinta universal! Wallahua’lam!

4 komentar:

Asriani Amir mengatakan...

thanks pencerahannya, pak. ;D

habibi daeng mengatakan...

weh mantap... semangat puasa,, jom jom. . .

Unknown mengatakan...

@ Accilong: terimakasih, semoga bermanfaat.:-D

Unknown mengatakan...

@ Aby: hehehehe..... terimakasih.:-)