Selasa, 03 Mei 2011

Lubang Hitam Di Balik Kemegahan Istana Raja Jambi (Menyoal Jambi Emas 2015)


Oleh: Edi Kurniawan, S. Sy


Memasuki kawasan Terlanaipura kota Jambi, tepatnya kawasan istana (baca: perkantoran) Pemerintah Provinsi Jambi, mulai dari simpang empat Bank Indonesia sampai ke area rumah Sakit Umum Provinsi Jambi. Di sana berderet istana-istana megah nan menyihir mata milik pemerintah Provinsi Jambi. Mulai dari istana Satpol PP, Depag Provinsi, Dinas Pendidikan, DPRD Provinsi, istana Gubernur, Dinas Pertanian, sampai pada RRI Provinsi yang berjejer dan tertata rapi.

Malam minggu lalu saya dengan beberapa teman, dengan kendaraan butut berkeliling di sekitar komplek istana tersebut. Beragam pandangan yang dilihat, mulai dari aksi kebut-kebutan para remaja Jambi, Miras, perzinaan, mabuk-mabukan, dan beragam lubang hitam (baca: kemaksiatan, ugal-ugalan, dan kebut-kebutan) yang terjadi di sana.

Sebenarnya hal tersebut sudah menjadi rahasia umum bagi masyarakat Jambi bahwa ketika disebutkan area istana gubernuran, apatah lagi suasana di malam hari terutama malam minggu, yang terbayang di benak mereka adalah aksi ugal-ugalan, kebut-kebutan, dan praktek perzinahan di tempat tersebut.

Lubang Hitam Di Balik Kemegahan Istana Raja Jambi
 “Adat bersendi kepada syara’, syara’ bersendi kepada kitabullah”, itulah sumber inspirasi hukum dan aturan bagi orang melayu Jambi. Sayang, hari ini, kata-kata adat tersebut tinggallah kata-kata tanpa pengamalan karena perkembangan masyarakat yang dinamis melalui arus globalisasi tanpa filterisasi.

Kawasan istana elit lagi bergensi sebagai simbol kemegahan Raja Jambi (kawasan perkantoran telanaipura) dihiasi dengan lubang hitam (kemaksiatan, ugal-ugalan, dan kebut-kebutan) di sana-sini. Padahal, jika ditelisik lebih lanjut, di sana ada istana Depag Provinsi yang seharusnya bisa memberikan pencerahan agama kepada para remaja ugal-ugalan tersebut. Begitu pula dengan istana satpol PP, pasukan yang gagah berani menghadapi pedagang kaki lima (PKL) yang logikanya, “masak tidak sanggup untuk menertib lubang hitam sementara PKL sanggup?”.

Kemudian Dinas Pendidikan Provinsi Jambi yang mengelola pendidikan, masak gagal mengurus mendidik para aksi aksi lubang hitam tersebut. Terlebih lagi DPRD dan Gubernur yang lebih berperan penting. Apakah DPRD tidak sanggup membuat Perda tentang aksi ugal-ugalan? Begitu pula dengan Gubernur, tinggal mengintruksikan kepada pihak terkait untuk mengamankan.

Sayang, provinsi Jambi sebagai tanah melayu yang konon katanya orang melayu penuh dengan kesantunan, kesopanan, dan adab yang baik. Tapi faktanya bisa dilihat, coba saja anda berjalan-jalan di kawasan tersebut, sekiranya naruni yang berkata, niscaya anda akan berujar, “na’uzubillah, beginikah etika pemuda Jambi?”.

Karena itu, konon, Jambi dengan motto, “Jambi Emas 2015”, amat disayangkan di balik kemegahan istana pembuat motto, berjamuran lubang-lubang hitam sebagai tempat praktek kemakasiatan, kebut-kebutan, dan aksi ugal-ugalan yang tentunya merusak citra raja, panglima, dan abdi Jambi.

Atas dasar itu, timbul perntanyaan, apakah Pemerintah Jambi tidak sanggup membersihkan lubang hitam tersebut ? Jika tidak, rasanya terlalu naas untuk Pemerintah Jambi. Betapa tidak, berbagai prestasi negeri Jambi di tingkat Nasional maupun Internasional telah ditunjukkan.

Pasukan Satpol PP dengan kegagahannya, Depag dengan misi agamanya, Dinas Pendidikan dengan dengan misi didikannya, DPRD dengan beragam perda-perda untuk ketertiban dan kesejahteraan rakyat telah dikeluarkan, RRI dengan dengan manajemen penyiarannya, dan Gubernur dengan keris di pinggang dan panglima dan abdi di sekelilingnya. Sesuatu yang tidak mungkin tidak sanggup membersihkan lubang hitam tersebut.

Tapi, jika dikatakan ia, buktinya lubang-lubang hitam berjuburan di sana-sini yang kian hari kian bertambah celah-celah hitamnya, yang tentunya jika dibiarkan terus menerus akan menyihir lubang-lubang hitam yang lain untuk bergabung. Akhirnya, jadilah lubang hitam menggunung yang susah dibersihkan.

Hemat penulis, Pemerintah Provinsi bukannya tidak sanggup membersihkan, tapi belum ada keseriusan dari pemerintah itu sendiri. Oleh karena itu, untuk membersihkan lubang-lubang hitam yang menodai istana megah raja tersebut, setidak ada 5 hal yang harus dilakukan. Pertama, semustinyalah raja Jambi rembuk bersama panglima dan abdi dengan keseriusan untuk membersihkan hal tersebut, minimal bagi seorang raja mengeluarkan himbauan atau intruksi kepada masyarakat, sementara abdinya mengawali dan mengawasi.

Kedua, semustinyalah dengan lubang hitam yang mengililingi istana raja dan abdinya, sebagai motivasi awal bagi pemerintah untuk mengeluarkan perda huru-hara. Karena hampir di seluruh istana megah para Bupati dan beberapa titik di Kota Jambi, kasusnya tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di kawasan istana Jambi.

DPRD sebagai pembuat aturan, Satpol PP dan Kepolisian sebagai penjalan aturan, sepertinya sesuatu yang tidak mungkin tidak bisa menertibkan hal tersebut.

Ketiga, Depag dan Dinas Pendidikan dengan misi mulianya. Depag dengan misi pencerahan agamanya dan Dinas Pendidikan dengan misi didikan, selayaknyalah lebih serius membenahi akhlak pemuda Jambi.

Keempat, masyarakat sekirinya nanti ada aturan dari Pemerintah untuk taat kepada aturan tersebut. Dan jika tidak, tentunya kita sebagai orang  melayu sudah tahu mana yang baik dan mana yang buruk, bisa memberikan pencerahan minimal kepada keluarga kita bahwa masuk ke dalam lubang hitam tersebut merupakan perbuatan yang melanggar.

Penutup  
Akhir kata, kita sebagai masyarakat yang lemah dan rakyak kelas bawah, kita hanya bisa berharap pemerintah cepat tanggap dengan keletihan dan penyakit di depan mata kita. Pemerintah sebagai pengayom, pengarah, dan pembuat aturan, Satpol PP dan kepelosian yang menjalankan, dan pemuda ugal-ugalan sebagai objek aturan. Tentunya harapan kita Jambi yang kita cintai ini menjadi negeri yang damai, aman, dan sejahtera layaknya yang tercantum dalam seluko adat kita:

Aek ning ikannyo jinak
Rumput mudo kerbaunyo gemuk
Negeri aman padinyo menjadi
Aman kampung karno dek yang tuo
Ramai kampung karno dek yang mudo
Kak keruh samo-samo dibersihkan
Kak kusut samo-samo diuraikan

            Jika tidak, “Jambi Emas 2015” yang dicita-citakan Rezim HBA-Fahrori yang tentunya cita-cita kita semua. Alih-alih dengan tujuan yang begitu besar yang meliputi seluruh negeri Jambi, lubang hitam yang berkeliaran di depan mata dan di sekitar istana.

Tidak ada komentar: