Selasa, 03 Mei 2011

Wasiat Tak Bertuan



















 
Mawar itu mekar di pagi hari dan
diindahi dengan metamorfosis matahari hingga
membuatnya elok di pandang


Mawar itu mekar mengeluarkan harum yang
menggoda kumbang-kumbang dan lebah untuk
menghisap


Mawar itu mekar di taman yang
bertuan
dipelihara
dipupuk
dirawat dan
disirami


Mawar itu mekar membuat mata nan sejuk untuk
melihat
menatap dan
memandang


Matahari bersinar
mawar pun berseri
Bulan ber-purnama
mawar pun bercahaya empat belas
Bintang berkedip
mawar pun tersenyum


Tapi ingatlah...
sunnatullah itu
dua-dua yang
berbalik


Siang diganti dengan malam
Pagi diganti dengan sore
Lapar diganti dengan kenyang dan
Mekar diganti dengan layu


Layu sebelum waktu
kutu
Masak sebelum masa
melarat
Ranum sebelum waktu
rugi


Di depanmu masih panjang jalan ditempuh
Masih penat kaki berjalan
Masih payah tangan merakit
Masih jauh satang dirangkul


Mawar itu pesona sepanjang,
                                    zaman


Tapi…
bila ranum tak bertuan
dunia akan
bersedih
meratap dan
menangis


Hingga...
bumi pun pecah
langit pun runtuh dan
penghuni dunia pun akan merana


Ketika kumbang datang menawarkan bejana
ingatlah di belakangnya ada bencana
Ketika kumbang datang menawarkan hisap
ingatlah di belakangnya ada asap
Ketika kumbang datang menawarkan kangkang
ingatlah di belakangnya ada lendir


Suatu hari…
Tibalah masa tibalah waktu
mawar itu telah mekar dengan sempurna
kumbang datang dengan
kitab
sajadah
manik-manik
sorban nan erat dan
beberapa mayam mas yang
diajarkan Nabinya


Dengan berjalan kaki yang jauh
letih sudah pasti
penat apalah lagi dan
pengharapan pun menanti


Ia minta izin dengan pemilik kebun untuk
membeli
merawat
menyirami
mejaganya sampai mati


Itulah petanda hakikat nan abadi yang
akan membawa
mentari pagi
purnama empat belas
bintang-bintang gemerlip


Hingga...
menyilaukan rumah nan rapuh
Dapur nan mengepul
Menutupi atap nan bocor dan
lantai nan berlobang






Jambi, 07 Februari 2011

Tidak ada komentar: