Aku menafsirkan wajah muram mentari di sore itu
guntur-guntur bersahut yang tak kunjung hujan
sunyi keramaian kota yang jarang tanda-tanda kehidupan
nyanyian-nyanyian angin, musik alam yang berlabuh pada dedaunan
gemercik-gemercik air di dalam gua yang berlabuh pada aliran
hingga galau memecahkan ruang dimensi. Melantunkan nyanyian syurgawi, menyadarkanku dalam tafakuran.
Cemas linglung pun berbisik dalam pikiran: akankah ia mengantarkanku pada pengharapan ?
Pemilik semestalah yang berhak menjawab itu semua.
Jambi, 19 April 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar