panikku menyisa ruang dan waktu
di atas tembikar dan di hadapan monitor penuh kepercayaan
hatiku gundah seraya berdo’a pada sang Ilahi, mengharap keajaiban yang tak kunjung datang
jari-jemari terus bermain
imajinasi seraya berkhayal menyejukkan jiwa, dan otak: berfikir memecahkan masalah
1… 2… 3… 4… 5… 6… 100…
entah sampai hitungan berapa lagi aku mencoba
akhirnya keajaiban itu datang. riang gembira tak tertahan. di seluruh sudut ruangan itu mereka terperanjak, seraya bersiul: ada apa kutilang ?
“tidak”, jawab panik itu.
hingga do’a pun terpatri: “terimakasih yaa Rabbi”.
Jambi, 19 Maret 2011
1 komentar:
Alhamdulillah
Posting Komentar